ETER
Ada beberapa cara berbeda untuk menunjukkan bahwa kita
dikelilingi oleh udara tapi tidak menyadari bahwa kita hidup di dasar ‘lautan
ether’, dan manusia belum mampu mendeteksi aether. Aether memberikan solusi
dalam beberapa misteri seperti gelombang elektromagnetik, perjalanan milyaran
tahun di alam
semesta tanpa kehilangan energi. Alam semesta
diisi dengan media transmisi cahaya, yang dikenal dengan ether (aether).
Eter dalam kimia adalah
senyawa turunan entah alkohol atau aldehid (rantai karbon yang berikatan dengan
O dan H).
Kalau dalam bidang fisika yang
dimaksud eter adalah zat yg mengisi ruang angkasa sedemikian hingga gelombang
cahaya dapat merambat sebagaimana zat udara/air/benda yang mengantarkan gelombang
bunyi atau gelombang getaran mekanik.
Teori eter adalah teori
yang menerangkan bahwa seluruh alam raya berada dalam dan diresapi oleh senyawa
yang tidak berasa dan tidak berbau dan tidak memeiliki sifat sama sekali, dan
muncul begitu saja karena senyawa itu harus ada agar gelombang cahaya bias merambat.
Berdasarkan teori tersebut, maka sesuatu itu harus dapat menggelombang. Sesuatu
itu adalah eter.
Teori eter merupakan
usaha terakhir yang menjelaskan jagat raya melalui penjelasan sesuatu. Menurut
teori itu, eter terdapat disemua tempat dan dalam semua benda. Kita hidup dan
melakukan percobaan kita dalam lautan eter. Bahan yan paling keras sekalipun,
bagi eter, hanya seperti spons bagi air. Semua itu dapat dilalui oleh eter.
Meskipun kita bergerak dalam lautan eter, lautan eter tidak goyah sedikitpun.
Lautan eter mutlak sama sekali tidak bergerak.
Oleh karena itu, meskipun alasan utama keberadaan eter adalah untuk
memberikan sarana bagi cahaya untuk merambat, keberadaan eter juga dapat
memecahkan masalah lama dalam menemukan lokasi kordinat inersia, sehingga
kerangka acuan dalam hukum mekanika bias benar-benar berlaku. Jika terdapat
eter, maka system kordinat yang melekat padanya merupakan system kordinat acuan
pembanding sistem yang lain, baik bergerak maupun diam.
‘Einstein’s
Greatest Mistake: Abandonment of the Aether‘ sebuah buku karya Sid
Deutsch yang menjelaskan tentang luminiferous ether atau cahaya
pembawa ether, teori yang pertama kali dikenalkan oleh Isaac Newton di
abad 18, kemudian disempurnakan oleh James Clerk Maxwell pada abad ke-19
dan akhirnya digantikan oleh teori khusus Albert Einstein
tentang relativitas (yang paling sederhana didefinisikan sebagai medium untuk
propagasi cahaya). Menurut Deutsch, Einstein memiliki pembenaran komputasi
adanya dugaan eter, namun memutuskan untuk membuang prinsip karena terlalu
rumit melalui kesimpulan logis.
http://tech.dir.groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/message/6086
Mungkin ether itu Tuhan. Makanya ada tapi tidak berbentuk, tidak berasa, tidak terditeksi.. tapi ada.
ReplyDelete